Rindu Dalam Diam
Oleh : Andi Muh. Taufan Akbar
Ku kira ini akan usai kala engkau tak lagi tersenyum. Hingga
sudah ku pasrahkan rindu ini hilang dan pergi meninggalkan diri ini. Tak
sadarnya diri ini, engkau tiba-tiba merangkak perlahan untuk mendekat hingga
rindu ini semakin kuat dan kuat lebih kuat dari sebelumnya. Aku pun mulai
kembali tersenyum dan merasakan rindu ini, namun rindu kali ini beda dari
biasanya. Dikala rindu ini datang rasa khawatir pun menyertainya.
Mengapa... ?
Mengapa tuhan menciptakan rasa rindu ini jikalau rindu ini
sudah terasa berbeda. Melepaskannya begitu sillut namun mendekapnya sudah tak
lagi sama. Izinkan diri ini merindu sekali saja namun jangan engkau timbulkan
rasa yang tak ingin ku rasakan. Egois rasanya namun apa boleh buat rindu tak
bisa terbendung karenanya.
Oh... tuhan apakah ini rasanya rindu yang bercampur dengan
kekecewaan?
Bila ku paksakan... sakit rasanya hati ini. Jika terlepas tak
lagi ada rasa rindu. Mengapa hanya dia yang dapat memberikan rasa yang begitu
melekat. Bantulah diri ini agar tidak terbelenggu olehnya dan aku tak ingin ada
yang tersakiti oleh rasa rindu ini.
Bagaimana baiknya ?
Dasar diri ini tak bisa berkompromi, maunya menang sendiri
dengan keadaan rindu yang saat ini tak lagi sama. Bodoh rasanya merindu dengan
rasa seperti ini, apa boleh buat hanya rindu dalam diam yang mampu berperan seperti
ini.
Jikalau rindu ini kembali lagi biarlah ia mendekat dan ku
ucapkan lepaskanlah diri ini, untuk apa tetap disini jika rasa ini tetap
mendampinginya (kekecewaan). Sudahlah pergi saja kemana engkau mau, jangan kau
libatkan rasa ini dengan rindu yang lainnya. Biarlah dia terbang bebas kemana
ia mau cukup rasa ini (rindu) tersimpan dalam diam walau kekecewaan tetap
menyertainya. Akan ku jadikan ia sahabat (rindu dan kecewa) yang tak pernah
terpisahkan hingga terbiasa merasakannya dan tak lagi percaya inikah rindu atau
malah sebaliknya.
Cukuplah diri ini yang tahu rindu ataukah kecewa. Intinya
terimakasih ku ucapkan pada dirinya yang dapat membuat diri ini merasakan rindu
serta kekecewaan hinga ku pastikan diri ini untuk tetap menjadi ridun dalam
diam.
Terimaksaih untuk semuanya...
Sampai jumpa di rindu dan kekecwaan selanjunya...
0 Response to "Rindu Dalam Diam"
Posting Komentar