Sitemap

Luka Perang Sang Lembayung

Source Gambar : Azazil


 Oleh : Azazil

Kusadari bahwa takdir mampu mengukir luka yang mendalam dalam dada ini. Ketika senja menghampiri, langit biru diliputi oleh bayangan kelam yang menyelimuti hati. Kembali ku dekap senja sepi ini, mencurah air mata yang tak mampu mendendangkan lagu kesedihan.

Aku masih ingat betapa bebasnya kami berlari di padang terbuka, dengan tawa riang yang mengiringi setiap langkah kami. Rasa cinta kami menyala seperti bara dalam api yang menghangatkan jiwa. Dulu, ia adalah matahari dalam hidupku, ia adalah pahlawan dalam peradaban hatiku.

Namun, datanglah kabar yang mengguncang dunia ini. Perang, bentrokan yang menghancurkan itulah yang memisahkan kami. Tanah air memanggilnya untuk bertempur dengan pedang dan tamengnya. Aku terjebak dalam ketidakpastian dan keputusasaan, menunggu pelangi yang tak pernah muncul. 

Bibirku masih mempertahankan senyum yang berjanji akan kembali. Mataku masih mengais cahaya dalam kehadiran malam yang menyelimuti. Hanya aku yang tahu betapa kerinduanku gemuruh dalam diri ini, menyeruak seperti air yang membanjir yang tak tertahankan lagi.

Aku melihat diriku di cermin, wajah yang pucat dan mata yang berkabut oleh kesedihan. Rambutku yang dulu indah terurai, kini kusam dan berantakan. Segala kenangan kami menghantuiku di setiap sudut rumah ini. Aku terus menghirup aroma yang pernah terbungkus tawa dan kebahagiaan, namun kini aroma itu hanya meninggalkan tanda pilu dalam diriku.

Saat angin malam berbisik pelan di telingaku, ku dengar lirih suara hatiku memanggil namanya. Hatiku hancur tergores oleh rindu yang tak terobati. Jariku meluncur lembut di atas foto kami berdua, meraih wajahnya yang takkan dapat kupeluk dalam pelukan. Ku sentuh kenangan yang terpahat di balik fotografi itu, menemani malam yang sunyi.

Dalam keheningan malam yang kelam, aku berdoa. Doa yang mengalir deras dari hati yang hancur ini. Aku berdoa agar ia pulang dengan selamat kepada ku, agar kami bisa kembali bersama dan memperbaharui api cinta yang telah padam dalam diri ini.

Namun, dalam setiap kasih sayang tak tercapai dan dalam setiap harapan yang hilang, aku menemukan kekuatan baru. Aku belajar bersabar dan melihat ke depan dengan keyakinan bahwa cinta yang sejati tak akan mudah terkikis oleh waktu dan jarak. Meski tubuhnya tak lagi ada di sisiku, ia ada di dalam jiwa dan hatiku, seperti bintang yang menghiasi langit di malam gelap.

Kesedihan ini akan tetap menyergapku dari waktu ke waktu, namun aku tidak akan biarkan ia mengendalikan hidup ini. Aku akan menemukan cinta dan kebahagiaan di tempat-tempat tak terduga. Aku akan menjadi kuat, memperbaiki diri, dan menemukan arti sejati dari hidup ini.

Perang mungkin telah merampas kami, namun jiwa kami yang bercahaya takkan pernah pudar. Aku adalah wanita yang tak tergoyahkan oleh tragedi ini. Aku akan menulis cerita baru, di mana kesedihan dan kebahagiaan berpadu dalam harmoni, menggoreskan jejak yang takkan terhapuskan oleh waktu.

Dalam setiap kedipan mataku, dalam setiap detak jantungku, aku akan mengingat sosoknya yang pernah menyentuh hatiku dengan penuh cinta. Aku akan mengenang bentuk senyumannya, suara tawanya, dan rasa hangat cinta yang pernah kami bagi.

Mungkin langit tak akan membelah kemarahan perang ini, namun cincin di jari manisku akan tetap bersinar, mengingatkan dan menghormati cinta yang pernah ada. Aku adalah wanita yang terjalin dalam kisah rindu yang tak pernah pudar, menceritakan keindahan dan keabadian cinta dalam setiap hembusan nafasku.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Luka Perang Sang Lembayung"

Posting Komentar