Sitemap

Dampak Negatif Media Sosial Terhadap Kualitas Pendidikan di Indonesia Untuk Pelajar dan Mahasiswa

 Oleh : Yanti Julianzila

PENDAHULUAN

            Media sosial merupakan salah satu wujud adanya era digital, karena munculnya era digital tidak hanya ditandai dengan berkembangnya teknologi dan mendapati pengetahuan secara lebih luas, melainkan media berkomunikasi, berinteraksi, hingga mendapatkan informasi melalui media sosial. Tidak dapat dipungkiri juga adanya media sosial sangat berpengaruh terhadap pendidikan di Indonesia, karena pengguna media sosial lebih cenderung kepada pelajar, mahasiswa dan pekerja bersifat ranah publik. Jika pekerja mempergunakan media sosial menyebarluaskan informasi mengenai dunia kerjanya serta bisnis melalui digital, sedangkan pelajar dan mahasiswa mempergunakan media sosial lebih cenderung untuk berkomunikasi, interaksi sosial secara digital, menunjukkan diri dari segi penampilan fisik sampai masalah pribadi juga dikomunikasikan melalui media sosial. Menurut Nasrullah (2015) melalui Artikel A.Rafiq (2020) media sosial adalah medium di internet memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain membentuk ikatan sosial secara virtual. Dalam media sosial, ada tiga bentuk yang merujuk kepada makna bersosial yaitu pengenalan (cognition), komunikasi (communicate) dan kerja sama (cooperation). Nasrullah (2015) melalui Artikel A.Rafiq (2020) mempublikasikan hasil risetnya bahwa pengguna internet dan media sosial di Indonesia cukup tinggi. Ada sekitar 15% penetrasi internet atau 38 juta lebih pengguna internet, jumlah total penduduk sekitar 62 juta orang yang terdaftar serta memiliki akun di media sosial di facebook. Dari riset tersebut juga menunjukkan bahwa rata-rata pengguna internet di Indonesia menghabiskan waktu hampir 3 jam untuk terkoneksi dan bweselancar di media sosial melalui perangkat telepon genggam.

            Media sosial memiliki beragam pengertian seiring perkembangannya yang semakin menyebarluas. Media sosial sendiri adalah sebuah media era digital melalui jejaring online dengan memberi kemudahan kepada para penggunanya untuk berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia digital. Jejaring sosial besar antara lain facebook, Instagram, Twitter, dan Mypace. Melalui media sosial akan mengajak para penggunanya untuk berpartisipasi untuk memberi kontribusi dan feedback secara lebih luas tanpa batasan usia, ruang dan waktu. Dampak media sosial tidak hanya berpengaruh pada masyarakat awam atau biasa saja, melainkan juga berpengaruh bagi pelajar dan mahasiswa.        

            Proses belajar mengajar kini tidak hanya bisa dilakukan secara tradisional yakni di dalam ruang kelas atau ruang kelas tapi masih dalam ruang lingkup pendidikan baik sekolah maupun perguruan tinggi. Melainkan bisa melalui online sebutan yang paling dikenal adalah belajar secara daring, selain itu pelajar maupun mahasiswa bisa menggunakan internet untuk membantu menyelesaikan tugas-tugas dari guru atau dosen, serta bisa berkomunikasi dan mengembangkan diri melalui media sosial. Selain itu juga, adanya media sosial memberikan kebebasan secara luas bagi penggunanya baik waktu, ruang hingga usia, sehingga adanya media sosial tidak hanya memberikan dampak positif bagi pelajar dan mahasiswa, melainkan juga bisa memberikan dampak negatif bagi pelajar dan mahasiswa.

            Pelajar adalah orang-orang yang menempuh pendidikan melalui sekolah dasar dan menengah dengan sebutan siswa-siswi, sedangkan mahasiswa adalah orang-orang yang menempuh pendidikan melalui kampus atau perguruan tinggi. Rentan usia remaja dan dewasa rata-rata maksimal 25 tahun, usia segitu masuk dalam fase penasaran dan rasa ingin tahu cukup tinggi. Adanya media sosial pun memberikan mereka ruang untuk menuangkan ide kreatif, mengembangkan diri, mendapatkan informasi baik berupa informasi benar maupun issu, serta untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Pengaruh pendidikan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pelajar dan mahasiswa, semakin meningkat minat belajar dan prestasi maka makin meningkat pula kualitas pendidikan, sebaliknya semakin menurun minat belajar dan prestasi maka makin menurun pula kualitas pendidikan.

            Kualitas pendidikan adalah suatu keadaan, kondisi, atau kinerja suatu satuan pendidikan yang ditunjukkan untuk mencapai berbagai komponen dan tujuan ruang lingkup pendidikan. Adapun komponen satuan pendidikan dalam mencapai tujuan meliputi pendidik atau pengajar, kondisi dan situasi tempat proses belajar-mengajar, sarana dan prasarana pendukung proses belajar-mengajar, serta komponen paling utama yakni peserta didik dan mahasiswa yang diajar. Jika mengarah pada kualitas pendidikan di Indonesia, maka kualitas tersebut bertujuan untuk membantu menambah pengetahuan, keterampilan dan sikap pelajar dan mahasiswa, menopang prestasi, serta memberikan keluasan mengembangkan minat,bakat,potensi dan kemampuan para pelajar dan mahasiswa.

            Namun sayangnya, kualitas pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih jauh dari harapan untuk mencapai tujuan itu, apalagi ditambah dengan adanya era digital. Kemunculan era digital memberikan berbagai kemudahan bagi para pelajar dan mahasiswa untuk mengembangkan bakat dan prestasi secara lebih luas, akan tetapi dampak buruknya pun sangat berpengaruh terhadap keberhasilan mendukung atau justru menurunnya kualitas pendidikan di Indonesia. contoh kasusnya adalah kemudahan menyelesaikan tugas tanpa takut ketertinggalan dan benar salah penyelesaian tugas, kemudahan itu memberikan kecanduan bagi pelajar dan mahasiswa memiliki ketergantungan bisa menyelesaikan tugas hanya mengandalkan internet situs digital lainnya. Dampak buruknya adalah rendahnya minat berpikir dan belajar menyelesaikan tugas secara manual, mengakibatkan pelajar dan mahasiswa tidak punya rasa percaya diri bisa menyelesaikan tugasnya sendiri tanpa mengandalkan internet, bahkan karena mengandalkan internet mereka takut ada kesalahan pada tugas tersebut dan takut nilainya menurun.

            Kasus lainnya adalah lebih banyak menghabiskan bermedia sosial daripada bermedia massa, artinya mereka lebih memilih berkomunikasi dan berinteraksi secara digital daripada berkomunikasi dan berinteraksi secara langsung. Dampak buruknya adalah lebih menggampangkan untuk menyampaikan informasi meskipun sebenarnya hal itu lebih mendukung diselesaikan secara langsung. Akibatnya bisa merusak mental untuk bisa percaya diri dan mengasah kemampuan otak secara langsung.

            Kasus lainnya adalah terlalu senang melihat berbagai hal diluar kemampuan sendiri melalui media sosial seperti tiktok dan instagram, sehingga adanya hal itu menyebabkan mereka lebih suka insecure atau cenderung iri terhadap kemampuan dan bakat orang lain pada media sosial tersebut, dampak buruknya bisa mengarah pada proses belajar-mengajar yakni tidak percaya diri untuk melakukan tanya-jawab, selalu insecure terhadap kemampuan peserta didik lainnya ketika menjawab soal dan menyelesaikan tugas, serta tidak punya rasa percaya diri bergaul secara luas ketika kuliah.

            Kasus lainnya lagi adalah kebanyakan dari mereka lebih memilih curhat lewat media sosial daripada kepada orang tua,atau guru atau teman atau pada buku harian hingga kepada Tuhan. Bukannya tidak diperbolehkan akan hal itu, melainkan curhat lewat media sosial tidak akan memberikan solusi apapun melainkan akan mendatangkan masalah yang tidak diinginkan seperti memanfaatkan kegelisahannya oleh orang lain untuk melakukan penipuan berupa uang atau membantu menyelesaikan masalah, bisa merusak nama baik pendidik mesipun tidak secara langsung menyebutkan namanya, merusak silaturahmi, hingga merusak mental ketika berhadapan dengan dunia nyata.

            Jadi, itulah contoh kasus hingga jumlah pengguna media sosial di Indonesia, berbagai teori diatas diungkapkan sebagai awal mengungkapkan masalah-masalah yang ada pada pendidikan di Indonesia saat ini. Hal inilah yang membuat peneliti memilih topik ini sebagai bahan riset dan mengupas secara deskriptif mengenai masalah diatas. Semoga bisa jadi bahan evaluasi bagi diri sendiri hingga berbagai ruang lingkup yang bergerak di bidang pendidikan.

 

KAJIAN LITERATUR

A. Pengertian Dampak Negatif

            Dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan suatu akibat baik berupa positif maupun berupa negatif. Dampak secara sederhana dapat diartikan sebagai pengaruh atau akibat,dalam setiap keputusan yang diambil oleh seseorang baik atasan atau ketua bahkan oleh diri sendiri tentu akan memberikan dampak tersendiri, baik positif maupun negatif. Dampak secara lebih sederhana adalah sebuah akibat yang didapat setelah melakukan suatu hal baik berupa manfaat maupun berupa kerugian.

            Dampak sendiri dibagi menjadi dua, yakni dampak positif dan dampak negatif. Dampak menurut versi positif adalah keinginan untuk membujuk, menyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain, dengan tujuan agar merea mengikuti atau mendukung keinginannya. Sedangkan pengertian positif sendiri adalah pasti atau tegas dan nyata dari suatu pikiran terutama memperhatikan hal-hal yang baik, dengan kata lain positif itu memberikan suasana jiwa untuk mengutamakan kegiatan kreatif daripada kegiatan yang membosankan atau menjenuhkan, kebahagiaan daripada kesedihan, optimisme daripada pesimisme. Secara lebih sederhana, dampak positif adalah keadaan jiwa seseorang yang dipertahankan melalui usaha-usaha yang sadar bila sesuatu terjadi pada diri sendiri maupun orang lain tempat pengaplikasiannya supaya dapat memberikan manfaat yang berguna tanpa membelokkan fokus ke arah negatif. Jadi, dampak positif adalah keinginan untuk membujuk, meyakinkan, mempengaruhi, atau memberi kesan kepada orang lain, dengan tujuan  mendukung dan mengajak agar bisa memberikan manfaat baginya dan orang disekitarnya baik bermasyarakat maupun berbangsa.

            Dampak negatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat-akibat buruk atau negatif. Jika digabungkan dengan pengertian dampak diatas, maka dampak negatif adalah keinginan membujuk, menyakinkan dan mempengaruhi orang lain dengan tujuan memberikan akibat yang buruk setelah melakukannya. Dampak positif dan dampak negatif akan selalu beriringan untuk mengetahui keberhasilan suatu kinerja atau program atau kegiatan, akan tetapi ada kalanya dampak positif lebih banyak pengaruh daripada dampak negatif begitu juga sebaliknya, ada kalanya dampak negatif lebih banyak berpengaruh daripada dampak positif tergantung pelaksananya.

            Adapun pengetian dampak selain menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diantaranya dampak adalah pengaruh yang kuat dari seseorang atau kelompok orang di dalam menjalankan tugas dan kedudukannya sesuai dengan masyarakat, sehingga membawa akibat terhadap perubahan, baik positif maupun negatif (Rafiq, 2020)). Berbeda dengan Otto Soemarwoto (1998:43) tempat Gorys Kerap mengambil pengutipan,menurut Soemarwoto dampak adalah suatu perubahan yang terjadi akibat suatu aktivitas, dimana aktivitas itu bersifat alamiah baik kimia, fisik maupun biologis yang memang berkaitan erat dengan manusia selaku penerima akibatnya.

            Lain halnya dengan (Nasiruddin & Rapa’, 2022)dampak adalah perubahan nyata pada tingkah laku atau sikap yang dihasilkan oleh keluaran kebijakan. Berdasarkan hal tersebut, maka dampak merupakan sebuah perubahan nyata akibat dari keluarnya kebijakan terhadap sikap dan tingkah laku. Sedangkan menurut (Rafiq, 2020)dampak adalah akibat-akibat dan konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan dengan dilaksanakannya kebijakan.

            Berdasarkan teori-teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dampak adalah suatu pengaruh yang kuat untuk membujuk, menyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan baik positif maupun negatif kepada perencana dan pelaksana suatu kinerja selaku pembuat program atau kebijakan.

B. Media Sosial

1. Pengertian Media Sosial

            Media sosial adalah aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 dan memungkinkan penciptaan serta penukaran user-generated content (Rafiq, 2020). Adapun ciri-cir yang dimiliki oleh media sosial yaitu: (1) pesan yang disampaikan untuk banyak orang, seperti SMS ataupun via internet; (2) pesan yang disampaikan bebas tanpa harus melalui gatekeeper; (3) pesan yang disampaikan cenderung lebih dibandingkan media lainnya (Zulia et al., 2022)). Akses informasi melalui media sosial media begitu pesat, sehingga pengetahuan masyarakat juga berkembang. Aan tetapi, tidak semua informasi memberikan akibat positif seperti mudah menyebarkan issu tanpa tahu kebenarannya, penyebaran berita bohong (hoax), pelecehan, pencemaran nama baik, penipuan online, dan seterusnya (Vahluvi,2014).

            Bila didefinisikan secara lebih rinci menurut Wahyudi (2021), media sosial memiliki arti bahwa media online yang menggunakan basis jejaring internet. Oleh karena itu, pola komunikasi berubah menjadi dialog interaktif berbasis website. Terdapat perubahan yang cukup signifikan yang awalnya komunikasi konvensional ke komunikasi jejaring sosial, yaitu menjadi lebih efektif dan efisien. Kemudian, para pengguna media sosial lebih mudah berpartisipasi, berbagi, serta berinteraksi sesame manusia di berbagai belahan dunia mana pun secara virtual (dalam jaringan).

            Jadi, berdasarkan teori-teori diatas, maka dapat disimpilkan bahwa media sosial adalah cara berkomunikasi dan menyampaikan pesan secara virtual menggunakan basis jejaring internet tanpa adanya batasan, sehingga komunikasi dan menyampaikan pesan bisa ke dunia manapun secara virtual. Adanya media sosial memberikan dampak positif seperti memudahkan komunikasi, memudahkan mengirim pesan dalam jangka waktu singkat, serta berbisnis secara online. Namun, media sosial tidak cukup memberikan dampak positif saja, melainkan banyak dampak negatifnya, yakni mudah menyebarkan issu tanpa tahu kebenarannya, penyebaran berita bohong (hoax), pelecehan, pencemaran nama baik, penipuan online serta menurunkan minat belajar pelajar maupun mahasiswa.

2. Jejaring Media Sosial

            Jejaring sosial dalam bahasa Inggris disebut social network sites merupakan sebuah web berbasis pelayanan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar pengguna yang tersedia serta mengundang atau menerima teman untuk bergabung dalam situs tersebut. Tampilan dasar situs jejaring sosial menampilan halaman profil berupa identitas dan foto pengguna (Nasiruddin & Rapa’, 2022)). Jejaring sosial merupakan sebuah situs berbasis pelayanan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat pengguna yang terseida, serta mengundang atau menerima teman untuk bergabung dalam situs tersebut (Alela,2012).

            Istilah jejaring sosial pertama kali diperkenalkan oleh Profesor J.A Barnes di tahun 1954. Jejaring sosial merupakan sebuah bentuk layanan internet yang ditunjukan sebagai komunitas online bagi orang yang memiliki kesamaan aktivitas, ketertarikan pada bidang tertentu, atau kesamaan latar belakang tertentu (Ropana,2013). Jadi, jejaring sosial merupakan sebuah web berbasis pelayanan ditujukan kepada komunitas online atas dasar tujuan dan latar belakang tertentu.

            Jejaring sosial terdiri dari facebook dengan pendiri bernaam Mark Zuckerberg pada 4 Februari 2004, selanjutnya Twitter merupakan aplikasi jejaring sosial yang berguna untuk broadcast pesan “tweet” yang terbatas hanya 140 karakter saja, terus ada juga instagram yang didirikan dan diluncurkan oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger pada Oktober 2010, dan jenis jejaring sosial lainnya.

            Adanya jejaring sosial ini sangat mempengaruhi perubahan masyarakat terutama dari segi pendidikan, Bagi dunia pendidikan, jejaring sosial memberikan kemudahan untuk mendapatkan pengetahuan dan wawasan secara virtual dan lebih luas, mendapatkan informasi baik dari dalam lingkup tempat pendidikan maupun diluar tempat pendidikan, serta membantu menjalin komunikasi scara online dengan pendidik/pengajar bersama pelajar/mahasiswa yang diajar. Namun, selain itu, adanya jejaring sosial tentu memberikan dampak negatif pula bagi pelajar maupun mahasiswa seperti kecanduan main game online, terlalu mengandalkan internet untuk menyelesaikan tugas, merusak mental untuk insecure,iri dan tidak punya rasa percaya diri, serta dampak negatif lainnya.

METODE PENELITIAN

            Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Penelitian deskriptif adalah salah satu penelitian yang bertujuan untuk menyajikan secara deskriptif tentang suatu fenomena atau kenyataan sosial yang sedang terjadi, Jika dikaitkan pada penelitian studi pustaka baik sastra maupun nonsastra maka kualitatif deskriptif adalah  suatu cara menganalisis suatu issu atau problema yang ada dalam suatu tulisan atau tontonan berupa berita atau film yang tujuannya untuk memecahkan masalah dan memberikan dampak positif bagi peneliti dan pembaca.

            Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

            1. Metode observasi, yakni melihat issu-issu maupun masalah-masalah yang berkaitan      dengan dampak buruk adanya media sosial bagi pendidikan di Indonesia baik dari segi      pelajar maupun dari segi mahasiswanya.

            2. Metode studi pustaka yaitu berupa kajian literature sesuai dengan penelitian, baik          berupa buku maupun sumber dari internet berupa jurnal dan artikel yang sudah   dipublikasikan.

PEMBAHASAN

            Berikut dampak negatif media sosial bagi pelajar dan mahasiswa :

1. Tidak bisa mengatur waktu

            Media sosial merupakan akses media dengan penggunaan durasi waktu paling banyak dibandingkan media masaa maupun sosial. Setiap orang bisa menggunakan media sosial minimal 2 jam 30 menit tergantung kesempatan menggunakan media sosial. Secara ideal memang maksimal 2 jam menggunakan media sosial, akan tetapi kini durasinya justru 2 jam adalah waktu paling sedikit untuk menggunakan media sosial, ditambah dengan adanya handphone android dan Iphone yang semakin canggih dan semakin bertambah aplikasi media sosial.

            Apalagi pelajar dan mahasiswa, mereka hanya fokus belajar dan berkegiatan sehingga waktu untuk bermain media sosial jauh lebih banyak. Akibatnya, waktu untuk komunikasi dan bersosialisasi jadi lebih sedikit.Tidak jarang pula ketika kegiatan eksul atau osis di sekolah mereka diperbolehkan bawa handphone, jadi setiap sela waktu rehat berkegiatan bisa dimanfaatkan untuk bermedia sosial, akibatnya kelelahan justru bertambah yang membuat mereka malas untuk belajar. Karena mereka tidak hanya capek secara fisik dan pikiran karena berkegiatan, melainkan mata juga ikut terkuras tenaga akibat terlalu lama bermain media sosial.

            Begitu juga bagi mahasiswa, dalam sekali belajar satu mata kuliah, mahasiswa diberikan waktu sekitar 45 menit untuk belajar di kelas selebihnya diluar kelas. Sisanya dipakai untuk bermain media sosial. Memang ada organisasi untuk menambah pengetahuan, relasi serta pengalaman, tapi tetap saja mereka tidak bisa lepas dari media sosial meski hanya beberapa detik. Seperti dikala menunggu dosen pengampu, mereka tidak memanfaatkan untuk berkomunikasi secara langsung dengan teman satu program studi, kalaupun dimanfaatkan tetap saja tangan dan mata selalu terpantau pada media sosial. Akibatnya terkadang obrolan tidak nyambung atau minimal teman ngobrol merasa sakit hati atau justru sama-sama egois.

            Pantas saja Indonesia termasuk salah satu pengguna media sosial terbanyak di dunia dan paling diperparah oleh pelajar dan mahasiswa dengan jumlah tertinggi. Di tambah dengan waktu bermain media sosial yang seakan tidak ada batasan waktu meski sudah ada idealnya bermain sosial media. Tentu saja ini sangat berpengaruh terhadap kualitas pendidikan di Indonesia karena hampir sebagian besar waktu pelajar dan mahasiswa lebih banyak bermain media sosial daripada belajar.

2, Jadi malas belajar

            Dampak nomer kedua sangat berkaitan dengan dampak pertama, karena mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain media sosial daripada belajar. Belajar malahan hanya diberlaku di sekolah dan di ruang kelas kampus saja, selebihnya lebih banyak bermain media sosial daripada belajar. Meskipun ada tugas, tugas itu diserahkan kepada internet asalkan sinyal dan data mendukung. Jadi, tidak heran bila adanya media sosial bisa membuat pelajar dan mahasiswa jadi malas belajar. Dampak malas belajar ini membuat beberapa hal buruk bagi pelajar dan mahasiswa yang mengakibatkan menurunnya kualitas pendidikan di Indonesia.

            Dampak malas belajar bagi pelajar antara lain:

            -Menurunnya minat dan motivasi belajar

            -Hasil belajar yang akumulasikan dalam bentuk nilai jadi menurun drastis

            -Daya saing untuk meningkatkan prestasi mengerucut menjadi rendah

            -Bisa mengecewakan orang tua dan keluarga akibat prestasi dan nilai menurun

            -Kurangnya ilmu pengetahuan dan wawasan, meskipun internet menjanjikan ilmu             pengetahuan dan wawasan secara lebih luas namun rata-rata lebih banyak dipergunakan             untuk bermain media sosial.

            -Mengurangi daya berpikir, imajinatif, dan kreativitas secara langsung

            Sedangkan bagi mahasiswa dampak malas belajar akibat media sosial adalah:

            -Menurunnya minat menyelesaikan tugas dengan mengandalkan pendapat sendiri dan       buku sebagai penunjang.

            -Mudah mengcopy karya orang tanpa mencantumkan penulisnya.

            -Terkadang menyampaikan pesan kepada dosen tidak melihat waktu akibatnya kadang     mereka menyampaikan pesan disaat jam istirahat atau waktu yang tidak seharusnya           mengganggu waktu dosen.

            -Mengutamakan nilai akademik bagus dibandingkan menggali kemampun diri meski        berujung nilai kadang tidak bagus.

            -Lebih suka menyelesaikan tugas terutama keilmiahan dengan mengandalkan internet       meski waktunya mendekati deadline.

            -Tugas hanya diselesaikan untuk menyelesaikan kewajiban tanpa memikirkan       pengetahuan yang didapat sehingga harus mengandalkan media sosial untuk    menyelesaikan tugasnya.

3. Jarang bahkan tidak suka bersosialisasi

            Dampak lainnya adalah kurang bersosialisasi bahkan ada yang tidak suka bersosialisasi karena adanya media sosial. Hal ini bisa terjadi karena komunikasi, interaksi sosial, hingga mengembangkan bakat lewat sosial media lebih banyak dibandingkan secara langsung. Bahkan mereka lebih punya rasa percaya diri untuk ngoceh, mengomentari apa yang diakses orang sampai bakat diri secara virtual, sedangkan secara langsung mental langsung menciut dan pikiran seakan kosong. Sehingga tidak salah jika generasi milenial dan gen z dikenal sebagai generasi yang minim sosialisasi akibat kecandungan media sosial, malah bagi mereka tidak punya media sosial atau punya media sosial tapi jarang digunakan dianggap tidak paham zaman dan tidak gaul.

            Akibatnya bagi pendidikan baik siswa maupun mahasiswa, bagi mahasiswa adalah kurang ada keinginan belajar kelompok dan memecahkan masalah bersama secara sendiri-sendiri alias egois. Meskipun sifatnya kelompok kadang lebih cenderung diselesaikan secara virtual dengan membagi sekian soal bila sudah selesai baru dikumpulkan menjadi satu. Akibatnya adalah membuat kurangnya bertukar pikiran secara langsung dan cenderung menyelesaikan secara instan. Begitu juga dengan siswa mereka cenderung mengandalkan media sosial untuk menyelesaikan tugas meskipun itu tugas kelompok, akhirnya pikiran tidak bisa difungsikan, ide dan pendapat tidak bisa dicurahkan serta memecahkan masalah secara instan.

4. Kecanduan game online

        Game online merupakan salah satu bagian jejaring media sosial, dimana game ini biasanya dimainkan secara online, meskipun ada game offline namun kebanyakan dari mereka lebih menyukai game online alasannya biar bisa main bareng dengan teman sesama penyuka game itu bahkan lawannya bisa diluar teman akrab sendiri. Selain itu, game online sama seperti jejaring online lainnya yakni tidak ada batasan waktu, ruang dan usia, sehingga siapapun bisa memainkan game ini, ditambah lagi game online sifatnya berlangsung yang artinya tidak bisa ditinggalkan meski sedetik bila ditinggal pasti langsung gagal atau kalah.

        Dampak dari game online ini sendiri sudah banyak terbukti dan kebanyakan sasarannya adalah pelajar dan mahasiswa. Kecanduan game online bisa mempengaruhi mereka untuk tidak bisa melakukan aktivitas lain saat memainkan game itu, akibatnya bisa membuat malas belajar, minat belajar menurun serta tidak ada motivasi belajar ikut menurun. Selain itu juga, dampak game online ini juga berpengaruh pada kesehatan terutama kesehatan mata dan psikis, untuk mata bisa mengurangi kekuatan rasio penglihatan balik rabun jauh maupun rabun dekat, sedangkan dari segi psikis secara tidak langsung mengganggu pikiran cenderung berfokus sama game online bahkan meski game sedang dimainkan bisa saja tetap dipikirkan yang mengakibatkan mereka tidak bisa memikirkan hal lain selain game itu terutama pelajaran.

    Tentu saja hal ini bisa mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia, karena secara tidak langsung game online ini bisa mempengaruhi psikis dan mental pelajar maupun mahasiswa seperti malas berpikir, sulit untuk bertukar pendapat, suka menyelesaikan tugas secara instan dan cepat, minat belajar kurang bahkan cepat bosan, serta bisa menurunkan motivasi belajar. Apalagi jika kesehatan mata terganggu bisa mengakibatkan mereka tidak bisa fokus secara maksimal terhadap pelajaran ketika di kelas.

5. Merusak mental dan psikis

      Hampir mirip dengan dampak ke empat, akibat media sosial bisa merusak mental dan psikis. Dari segi mental kecenderungan kurang percaya diri, merasa iri dan mudah saling menjatuhkan lewat media sosial. Dari segi psikis bisa menyebabkan malas berpikir, cenderung menyelesaikan sesuatu secara instan dan cepat, menurunnya minat belajar dan motivasi belajar serta kurang fokus ketika belajar.

       Hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas pendidikan di Indonesia, karena kedua hal utama dalam pelajaran adalah mental dan psikis, keduanya sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar-mengajar, bila salah satunya terganggu atau sakit maka bisa merusak semangat belajar, mempengaruhi minat belajar hingga menurunkan prestasi dan hasil belajar.

6. Mudah percaya dan membenarkan informasi

        Adanya media sosial tidak hanya bisa untuk berkomunikasi, berinteraksi dan mengembangkan bakat, melainkan bisa untuk menyebarkan informasi maupun berita. Informasinya pun bebas, bisa dari pemerintahan, lembaga atau publik, hingga masyarakat biasa. Sehingga berbagai informasi bisa diakses secara virtual tanpa takut ketinggalan atau terlambat tahu. Secara positif tentu memberikan kemudahan mengakses informasi maupun berita sehingga bisa menambah ilmu pengetahuan dan wawasan. Akan tetapi, dampak negatifnya terkadang banyak  yang mudah mempercayai dan membenarkan informasi mengenai issu atau masalah yang sedang terjadi. Sehingga tidak jarang menerima suatu informasi baik issu ataupun masalah secara mentah-mentah akhirnya menimbulkan gejala sosial yang tidak baik bagi pelajar maupun mahasiswa. Gejala sosial yang dimaksud adalah mudah dipengaruhi pada hal yang tidak baik, menimbulkan masalah baru di dunia pendidikan. 

 

KESIMPULAN

       Media sosial merupakan salah satu wujud adanya era digital, karena munculnya era digital tidak hanya ditandai dengan berkembangnya teknologi dan mendapati pengetahuan secara lebih luas, melainkan media berkomunikasi, berinteraksi, hingga mendapatkan informasi melalui media sosial. Jadi, beberapa dampak negatif adanya media sosial bagi pelajar dan mahasiswa yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia yang bisa dijabarkan peneliti adalah tidak bisa mengatur waktu, jadi malas belajar, jarang bahkan tidak suka bersosialisasi, kecanduan game online serta mudah percaya dan membenarkan informasi.


DAFTAR PUSTAKA

https://kbbi.kemendikbud.go.id

https://scholar.google.com

Nasrullah,Rulli.(2015). Teori Media Sosial (Perspektif Komunikasi, Kultur, dan Sosiso Teknologi). Yogyakarta:Simbiosa Rekatama

Nasiruddin, F. A. zahr., & Rapa’, L. G. (2022). Dampak Media Sosial Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa. EDUSTUDENT: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dan Pembelajaran, 1(3), 188. https://doi.org/10.26858/edustudent.v1i3.32890

Rafiq,A.(2020).Dampak Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial Suatu Masyarakat.Global Komunika, 1(1),18-29.

Vahluvi,Wina.(2014).Pengaruh Media Sosial Bagi Remaja. (Berita Online), (http://www.medanbisnisdaily.com) diakses pada tanggal 28 Februari 2016.

Zulia, A., Anggraini, C., Sembiring, D. A., Aulia, I. Della, & Pratama, R. (2022). Etika Komunikasi di Media Sosial pada Remaja Masjid Himpunan Muda-Mudi Al-Ikhlas Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia. MUKADIMAH: Jurnal Pendidikan, Sejarah, Dan Ilmu-Ilmu Sosial, 6(2), 414–420. https://doi.org/10.30743/mkd.v6i2.5486

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Dampak Negatif Media Sosial Terhadap Kualitas Pendidikan di Indonesia Untuk Pelajar dan Mahasiswa"

Posting Komentar